Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Januari 2015

Bulan Pusaka 2015, Coming Soon!

Bulan Pusaka adalah kegiatan yang ditaja oleh Komunitas Riau Heritage, Kegiatan ini adalah salah satu cara pelestarian pusaka khususnya Riau. Kegiatan Bulan Pusaka menjadi agenda tahunan, dan ditahun ini insyaAllah akan di adakan lagi pada 18 April. Kegiatan ini akan berlangsung selama sebulan hingga 18 Mei 2015..Wow! 
Untuk melangsungkan kegiatan selama sebulan butuh persiapan yang panjang, perlu kesiapan yang mateng, dan panitia yang berkualitas untuk mendukung kegiatan Bulan Pusaka 2015 berjalan dengan baik dan keren. Dalam kepanitiaan, dibutuhkan para relawan yang mencintai dan menyanyangi peninggalan pusaka-pusaka, yang peduli dengan pusaka Riau, itu ga wajib sih, yang penting punya niat untuk belajar pusaka dan belajar ber-organisasi.

Hasil Rapat Kedua Bulan Pusaka 2015 pada Ahad, 25 April 2015 bertempat di Omah Ilmu Jl. Nangka samping Indomaret...

Kegiatan Bulan Pusaka 2015 akan dilaksanakan selama sebulan, sebulan itu terdiri dari 4 minggu dan 30 hari, setiap minggu dan harinya harus ada kegiatan, nah ini details nya..Sile di baca...

Sudut Mingguan akan ada penampilan dari Pengrajin Membatik, Menekat, Jambow dan satu lagi masih dipikirkan, yang ada ide bisa ngajukan yaa...

Sudut Harian akan ada penampilan Live Performance, Permainan Rakyat, Bedah Buku, Perlombaan dan Sosialisasi pusaka...
  • Senin dan Rabu akan ada Live Performance yaitu dengan options : Musik Tradisional, Nyanyian Panjang, Pengobatan Tradisional "Sakai".
  • Selasa dan Kamis akan ada penampilan Permainan Rakyat dengan options : Tebak Gambar, Lomba Puzzle, Berbalas Pantun.
  • Jum'at akan ada penampilan pendongeng Cerita Rakyat.
  • Sabtu akan ada penampilan Bedah Buku.
  • Di hari Minggu akan ada perlombaan dengan options : Lomba Menggambar dan lomba Mewarnai, perlombaan masih butuh 2 lagi, kalau ada ide atau masukan bisa di ajukan yaa, ditunggu :)
Selama sebulan Bulan Pusaka 2015 akan mengadakan Sosialisasi Pusaka dengan mengundang 4 organisasi yang berhubungan dengan pelestarian Pusaka, akan mengundang organisasi untuk mengetahui tentang Pusaka Riau dari para ahlinya, para undangan dapat bertanya dan cerita-cerita tentang sejarah Pusaka Riau, tentang jadwal akan di infokan secepatnya, ditunggu saja yaa...

Selama sebulan akan berlangsung Kontes Fotografi dan GiveAway Blog, tema yang dipake adalah tentang Pusaka Riau, kamu yang berminat ikut kontes Fotografi boleh dan kamu yang suka foto plus nulis bisa ikut GA Blog, boleh ke-duanya? Sangat boleh sekali, infonya akan di share secepatnya yaa ditunggu!

Dan selama sebulan itu akan ada satu hari penampilan dari Heritage Rally, penasaran bukan? Tunggu info selanjutnya yaa...

Dari rapat kedua ini disimpulkan bahwa yang akan menjadi PIC untuk berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan selama sebulan, ialah :
PIC Sudut Mingguan : Ritha
PIC di Sudut Harian, ini mereka... 
1. PIC Live Performance : Eca dan Yusuf
2. PIC Permainan Rakyat : Wiwik
3. PIC Bedah Buku : Febi
4. PIC Perlombaan : Fajarwati
5. PIC Sosialisasi Pusaka : Dedi Ariandi
6. PIC Kontes Fotografi : Septian
7. PIC GA Blog : Cica
8. PIC Opening and Closing : Alfa Nonie
9. PIC Dekorasi : Dedi Ariandi
10. PIC Haritage Rally : Athri and Pekanbaru Night Festival friends

Untuk kamu yang berjiwa relawan, punya kemampuan keren dalam ber-organisasi, mempunyai ide dan strategi hebat dalam pelaksanaan acara, ayo bergabung bersama Riau Heritage. Bersama-sama mensukseskan Bulan Pusaka 2015 yang insyaAllah akan dilaksanakan di Toko Buku Gramedia Pekanbaru Jl. Jend. Sudirman pada 18 April - 18 Mei 2015, sebulan loh :)
BACA SELANJUTNYA di - Bulan Pusaka 2015, Coming Soon!

Selasa, 07 Oktober 2014

Langkah Kerjasama Riau Heritage Dengan Pihak Hotel Serta Tour and Travel Dalam Sosialisasi Pusaka dan Budaya



Melanjutkan keikutsertaan Riau Heritage dalam pertemuan Dinas Pariwasata Provinsi dengan Pihak Hotel serta Tour and Travel dalam rangka menjadikan kota Pekanbaru sebagai kota MICE telah dilakukan beberapa kali pertemuan untuk kemudian meningkatkan kerja sama Riau Heritage dengan berbagai pihak dalam sosialisasi pusaka dan budaya salah satunya dengan pihak hotel serta tour and travel.

Dalam pertemuan pertama RH dan pihak hotel terjaringlah ide untuk mendisplay kegiatan membatik dan menenun di lobi hotel yang kemudian akan menjadi daya tarik tambahan bagi para wisatawan yang menginap. Serta ide untuk menyiapkan paket wisata alam yang kemudian oleh Riau Heritage membentuk tim JAJK (Jelajah Alam Jelajah Kampung) untuk merealisasikan ide tersebut.

Melanjutkan pertemuan awal tersebut Riau Heritage kemudian memprakarsai kunjungan pihak hotel serta tour and travel ke dua pengrajin yang ada di Pekanbaru yaitu ke kediaman Ncik Amrun Salmon pengelola Sanggar Semat Tembaga.



Pertemuan ini kemudian dihadiri oleh GM Hotel Pangeran, GM Hotel Grand Elite, GM hotel Premiere, GM Hotel Grand Jatra serta perwakilan dari Sanel Tour and Travel. Dari pihak pengrajin selain Ncik Amrun Salmon juga hadir ibu Tuti pengelola sanggar tenun Ncik Hasnah.

Dalam pertemuan tersebut kemudian didiskusikan berbagai masalah kenapa kunjungan wisatawan rendah ke kota Pekanbaru dan untuk mengatasi masalah tersebut pihak hotel bersedia untuk mendisplay kegiatan membatik atau menenun di hotel mereka dengan jadwal yang telah ditentukan. Diharapkan apabila kerjasama ini terlaksana dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung serta membuka kesempatan lain untuk mengadakan city tour kebeberapa spot di kota Pekanbaru yang dinilai masih memiliki nilai sejarah dan budaya.

Setelah berdiskusi dan melihat koleksi batik yang dimiliki Ncik Amrun rombongan ini kemudian melanjutkan perjalanan ke kediaman ibu Tuti untuk melihat proses menenun yang nanti juga akan didisplay.



Dari hasil diskusi dengan kedua pengrajin diketahuilah bahwa salah satu permasalahan dalam kegiatan membatik maupun menenun adalah kurangnya tenaga pengrajin. Hal ini yang mungkin harus kemudian difikirkan solusinya jika kegiatan display yang akan dilaksanakan tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Selesai dari mengunjungi pengrajin yang akan diajak bekerjasama Riau Heritage kemudian membawa rombongan hotel dan tour and travel untuk melewati kawasan kampung melayu yang terletak di Jl. Perdagangan. Di sini rombongan dapat menyaksikan sebagian rumah-rumah khas masyarakat melayu yang masih ada dan juga Rumah Singgah Tuan Kadi yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah kota di masa Kesultanan Siak.

Setelah melihat salah satu kawasan lama yang ada dikota Pekanbaru dan sempat tercetus ide untuk mengadakan City Tour dikawasan lama ini Riau Heritage khususnya Tim JAJK yang telah mempersiapkan paket wisata alam berkesempatan untuk menjelaskan detail paket tersebut yang nantinya akan diuji coba oleh pihak hotel terlebih dahulu sebelum paket tersebut diluncurkan.
BACA SELANJUTNYA di - Langkah Kerjasama Riau Heritage Dengan Pihak Hotel Serta Tour and Travel Dalam Sosialisasi Pusaka dan Budaya

Kamis, 18 September 2014

Persiapan Riau Heritage kedepan untuk Pusaka dan Budaya Riau

Semenjak berdiri dari Maret 2013 hingga saat ini untuk kegiatan sosialisasi pusaka dan budaya Riau Heritage telah menyelenggarakan beberapa kegiatan. Di tahun 2014 yang baru selesai adalah peringatan Hari Pusaka Sedunia yang jatuh pada 18 April 2014. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan selama sebulan penuh dengan judul "Bulan Pusaka 2014" Riau Heritage berhasil menggemparkan Toko Buku Gramedia tempat dimana kegiatan ini dilaksanakan.
Setelah Bulan Pusaka 2014 Riau Heritage juga memiliki beberapa wacana yang segera dilaksanakan. Beberapa diantaranya adalah kegiatan 'Untuk Museum' yang akan berlangsung di akhir 2014 ini. Bulan Pusaka 2015 yang sedang dipersiapkan, Pekanbaru Night Festival yang akan dilaksanakan pada Juni 2015. Serta menggerakkan divisi bisnis RH yang bekerja sama dengan beberapa hotel dan tour and travel yang ada dikota Pekanbaru.

Tim-tim kecil untuk mendetailkan masing-masing kegiatan telah dibentuk dan mulai bergerak. Contohnya untuk Tim JEJAK (Jelajah Alam Jelajah Kampung) sedang melakukan survei lapangan untuk paket kunjungan wisata alam yang akan ditawarkan RH pada hotel serta tour and travel.

Selain kegiatan sosialisasi dan promosi pusaka budaya Riau Heritage juga tidak meninggalkan kegiatan krusial lainnya seperti revitalisasi Istana Rokan yang tengah menunggu persetujuan dari pihak keluarga kerajaan serta pengawasan revitalisasi Rumah Singgah milik Tuan Kadi di tepian sungai Siak yang merupakan peninggalan bersejarah semasa pemerintahan Kesultanan Siak.

Riau Heritage menyambut baik kerja sama yang ditawarkan beberapa hotel dan tour and travel yang ada di Pekanbaru untuk mendisplay kegiatan pusaka dan budaya yang ada di Riau khususnya Pekanbaru, dua kegiatan yang sudah dibicarakan dengan pihak hotel dan tour and travel pada hari Senin 15 September 2014 lalu adalah mendisplay kegiatan membatik dan menenun dengan melibatkan beberapa pengrajin yang sebelumnya sudah pernah diajak kerja sama oleh Riau Heritage.
Riau Heritage kemudian diminta untuk membuat jadwal hotel apa dan kapan kegiatan tersebut dilaksanakan, tapi sebelum benar-benar dilaksanakan pihak hotel dan RH akan melakukan kunjungan ke para pengrajin yang akan dilibatkan.

Selain kegiatan tersebut pembicaraan juga sempat menyinggung mengenai pengadaan kamar jauh yang akan dikelola oleh hotel-hotel tersebut untuk melengkapi paket yang akan ditawarkan oleh RH. Tetapi untuk pengadaan kamar jauh yang nantinya akan mengelola rumah-rumah atau bangunan tua yang ada dikawasan atau perkampungan yang ada di Riau ini memerlukan survei dan penilaian yang cukup detail mengenai keuntungan dan nilai plus apa yang nantinya dapat diambil oleh pihak hotel dan tour and travel tersebut.

Riau Heritage juga tengah mempersiapkan Turnamen Patuk Lele yang akan melibatkan anak sekolah menengah sebagai pesertanya. Nah event ini nantinya diharapkan dapat menjadi event internasional ini dikarenakan permainan ini tidak hanya dikenal ditiap-tiap daerah nusantara tetapi juga hingga Asia setidaknya Asean. 

Masih ada banyak kegiatan yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melestarikan pusaka dan budaya yang ada seperti seminar ornamen dan pemahaman makna pusaka yang akan diselenggarakan pada Oktober dan November nanti, penetapan teh telur sebagai minuman khas Pekanbaru, pelaksanaan kegiatan festival teh telur, pelaksanaan kegiatan Herritage Rally serta Herritage Festival.

Dengan banyaknya kegiatan yang akan dilaksanakan, Riau Heritage juga tidak menutup kemungkinan untuk bergabungnya sukarelawan-sukarelawan yang peduli dengan pelestarian pusaka ini kedepan. Teman-teman yang berminat bisa cek twitter RH di @riauheritage untuk bertanya bagaimana cara bergabung menjadi sukarelawan.

Semoga kedepannya kepedulian masyarakat akan pelestarian pusaka dan budaya yang ada di Riau khususnya Pekanbaru dapat terus meningkat. Karena untuk kegiatan yang cakupannya luas seperti ini tidak dapat dikerjakan oleh Riau Heritage sendiri kami juga membutuhkan banyak dukungan untuk menjadikan kota kita ini dapat berkembang dengan baik kedepannya namun tetap ramah dengan pelestarian benda-benda pusaka dan budaya yang ada.


BACA SELANJUTNYA di - Persiapan Riau Heritage kedepan untuk Pusaka dan Budaya Riau

Jumat, 05 September 2014

Rangkuman Hasil Gathering Riau Heritage Jum'a 29 Agustus 2014


Dari 7 materi yg awalnya disiapkan dimalam harinya malah dapat materi tambahan jadi 8 sama om Ian Tanjung
Kita bahas satu-satu yaa, ini yg nantinya bakal jadi pe-er RH yg banyaaaaak banget. Seru pastiiii ^O^
1. Seminar Ornamen dan Pemahaman nilai pusaka yang akan diadakan bulan Oktober tinggal menunggu fix tempat pelaksanaan acara.
1.a, untuk pemateri kedua seminar tersebut Insya Allah sudah fix. Yg mau volunteering di kegiatan ini kontak d'Athri Kasih yaa 
2. Kita juga punya turnamen patuk lele yg lagi diprepare.
2.a, Turnamen patuk lele menargetkan peserta dari murid SMA sepekanbaru.
2.b, nah Patuk Lele ini materi sama rulesnya lgi disiapin nih, yg mau volunteering di tim Turnamen patuk Lele bisa kontak bg Dedi Ariandi
3. Mengenai Rumah Singgah yg sdg diusahakan oleh Rh utk mereview kembali kelayakan kontraktor dlm merenovasi benda yg diduga cagar budaya.
3.a, Alhamdulillah siang tdi surat kita mengenai kelayakan kontraktor tersebut tlah sampai kpd Wako Pekanbaru.
3.b, hal ini kita lakukan demi menjaga benda2 peninggalan sejarah yg diduga benda cagar budaya agar tetap lestari di kota kita 
4. Selanjutnya kita juga sedang berusaha utk menetapkan teh telor sebagai minuman khas kota Pekanbaru.
4.a, untuk hal ini kita mesti harus mempelajari dulu mengenai sistem HAKI
5. Persiapan PKU night festival utk ultah kota Pekanbaru. Nah utk kegiatan ini kita sdah punya bbrapa agenda yg mesti sgra disiapkan timnya.
5.a, ada launching game patuk lele versi android dan flash.... wuuiiiidiiiihhhh
5.b, untuk game android pic nya adalah bg Ais Bertuah
5.c, utk game Flash nya itu dihandle sama om Rio Hamdani Arsitek
5.d, kemudian juga ad persiapan utk Heritage Rally dan Heritage Festival. Cc:@DediAriandi1 Attayaya Yar Zam @athrikasih
6. Bulan Pusaka 2015 juga dalam proses preparation nih  yg ini perlu diadakan rapat tersendiri kayanya ^^ Cc: @DediAriandi1 @attayaya
6.a, yg berminat volunteering di BP 2015 mention aj org2 ini: @attayaya @DediAriandi1 Febi IndriaMedha @athrikasih Taufik 'Fiko' Asmara SuHendra SaPutra
7. Lalu juga harus setting time utk coffee morning dg Pak Wako, Pihak Hotel dan Tour and Travel di Pekanbaru.
7.a, Hal ini dalam rangka menindak lanjuti kesediaan pihak hotel yg telah memberikan space dalam pelestarian pusaka dan budaya.
8. Mempromosikan @MissGrandIndo Internasional 2014 dari Pekanbaru. Cc: @Margenie_MG @prana_lim Ardiansyah Ian Tanjung
8.a, hal ini disambut baik olh tmn2 dri RH dan Bertuah utk membantu mempromosikan @Margenie_MG dlm mwakili Pekanbaru di ajang internasional.
Nah, itu tadi rangkuman hasil gathering kita kemarin, buat teman2 yg berminat volunteering tinggal dipilih mau terlibat dg yg mana.
Ituuu belum lagi masuk jadwal untuk ikutan Panen Madu Sialang di tanggal 14 September ini, serta ajakan untuk jelajah kampung dari pak Elmustian Rahman yang mesti diatur lagi jadwalnya 
Gimana RHers ‪#‎eh‬  Siaaapp????
BACA SELANJUTNYA di - Rangkuman Hasil Gathering Riau Heritage Jum'a 29 Agustus 2014

Selasa, 10 Juni 2014

Riau Heritage Team Jalan-Jalan

Sungai Subayang, Kampar Kiri Hulu - Riau
Entahlah apa bisa disebut dengan petualangan. Tetapi akhir minggu yang dihabiskan dengan teman-teman Riau Heritage kemarin di Desa Gema, Kampar Kiri Hulu, Kampar - Riau weekend kemarin benar-benar menyenangkan.
Perjalanan yang ditempuh lebih kurang 2.5 jam dari kota Pekanbaru itu tidaklah sia-sia. Lingkungan yang asri dan masih dikelilingi hutan itu menjadikan udara di desa yang terletak tak terlalu jauh dari ibu kota provinsi Riau ini masih sangat bersih untuk dihirup.

Rupanya kawasan ini berada mendekati kaki bukit barisan, itu sih yang dikatakan om Attayaya Yar Zam. Sungai Subayang yang jernih menjadi tempat kami - tiga anak gadis - yang ikut dalam rombongan kemping itu membersihkan diri. Oke, mandi di sungai yang tak mungkin dilakukan di Pekanbaru pastinya mengingat kondisi air sungai yang sangat berbeda dan apa gunanya kamar mandi kalau begitu.

Ternyata tak hanya aku, Febi IndriaMedha dan Amanda DhoLvii yang kegirangan bermain di tepian sungai Subayang tetapi ada sesosok makhluk lagi yang langsung berubah jadi kecebong selama kami kemping disana, Marihot Siregar benar-benar memanfaatkan waktunya sebaik mungkin untuk bermain air sebanyak yang dia bisa. Dalam satu hari, entah berapa kali dia menceburkan diri ke sungai itu.

Dan ternyatanya lagi (bahasa yg aneh) jauh-jauh datang untuk menginap di Desa Gema itu dimanfaatkan bang Dedi Ariandi untuk melanjutkan rapat #eh entah rapat entah diskusi entah sharing, yaaah itu lah kira-kira. Di malam harinya sambil ditemani dengan kuaci, kacang serta beberapa lampu colok kami membahas pesan dan kesan selama kegiatan "Bulan Pusaka 2014" yang baru saja selesai, divisi bisnisnya RH, kegiatan selama tahun 2014 ini di museum serta beberapa pe-er yang menunggu untuk segera dikerjakan. Banyak? yah lumayan lah.

Menyesal? Jelasnya tidak, karena keesokan harinya kami melanjutkan sesi main air ke Air Terjun Batu Dinding yang bisa dijumpai tak jauh dari tempat kami mendirikan tenda. Dengan menyewa sebuah perahu kami menyusuri sungai Subayang menuju ke tempat air terjun yang kami tuju. Dan selama perjalanan kami dimanjakan dengan pemandangan hijau yang lagi-lagi tidak kami lewatkan untuk selfie sepuasnya. Kiri-kanan dikelilingi hutan yang lebat dan perkampungan yang ternyata masih ada beberapa bangunan tua yang lagi-lagi kata om Yar seperti bangunan khas Belanda (semoga aku tak salah dengar) *bangunan itu lebih tepatnya rumah warga yang menghadap ke arah sungai.

Mencapai Air Terjun Batu Dinding ternyata harus melalui track yang cukup bikin kaki pegel (hasil nya kaki kakak punzel sakit setiba di Pekanbaru). Dengan beberapa korban gigitan pacet selama perjalan. Dan lagi-lagi si kecebong dadakan heboh luar biasa setiap kali melihat air mengalir.

Menceburkan diri tak dapat dielakkan setibanya di air terjun tersebut yah itulah yang terjadi, sayang nya bang Djemari Ijal ngga ikutan, dia lebih memilih memuaskan rasa kantuknya untuk tidur karena malamnya dia begadang dengan SuHendra SaPutra untuk memancing.

Setelah puas heboh-hebohan di Air Terjun Batu Dinding yang katanya ada tiga tingkat. Sayangnya kami hanya sampai di air terjun tingkat kedua. Tidak cukup kuat untuk melanjutkan ke tingkat pertama. Kami pun memutuskan untuk kembali ke Pekanbaru.

Tetapi sebelum ke Pekanbaru, kami sempatkan singgah ke desa Lipat Kain Selatan kecamatan Kampar Kiri . Om Hasrinaldi- Eri yg tau alamat lengkapnya, untuk melihat peninggalan lokomotif yang ada di daerah tersebut. Dan ternyata benar ada gerbong tua yang sepertinya peninggalan masa penjajahan Jepang ditengah-tengah kebun karet disana. Singgah sebentar untuk mendengarkan cerita tentang gerbong tersebut dari bang Ijal.

Setelah puas foto-foto kami pun beranjak pulang dan lagi-lagi dalam perjalanan menyempatkan diri untuk kembali foto-foto di Tugu Khatulistiwa yang ada di kota Lipat Kain.

Happy? Off course!!! Aku jadi punya cerita tentang tempatku tinggal sekarang. Ternyata di Riau masih banyak tempat yang bisa kita jelajahi dan eksplore dengan teman-teman.
BACA SELANJUTNYA di - Riau Heritage Team Jalan-Jalan

Sabtu, 18 Januari 2014

Disdikbud: Selamatkan Situs Budaya Riau


Siak sebagai salah satu kawasan icon budaya melayu di Riau memiliki berbagai situs budaya yang cukup dikenal. Bukan hanya dalam negeri namun juga hinge luar negeri. Adanya situs budaya tersebut memerlukan perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Siak melalui dinas terkait.

Oleh karenanya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Siak pada tahun 2014 ini akan melakukan berbagai terobosan dalam upaya penyelamatan situs budaya. Khususnya yang banyak terdapat di Kecamatan Siak dan Mempura. Kabid Kebudayaan H Said Muzani SH kepada wartawan, Rabu (8/1) mengatakan, salah satu agenda penyelamatan situs budaya ini adalah dengan menurunkan tim ahli cagar budaya dari BPCB Batusangkar Sumatera Barat.

Lebih lanjut Ia menegaskan, terutama penyelamatan terhadap situs budaya yang belum tercatat dalam peraturan yang dibuat pemerintah. BPCB sendiri adalah Balai Pengkajian Cagar Budaya yang berkedudukan di Batu Sangkar, Sumatera Barat dan membawahi Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Riau dan Kepri. Dijelaskan Muzani, langkah pertama adalah melakukan pendataan berapa banyak situs yang belum termasuk sebagai cagar budaya.

Termasuk membentuk Tim Ahli Cagar Budaya yg terdiri dari para ahli bidang purbakala, sejarah dan budayawan, sekaligus tim pendaftaran cagar budaya sesuai dengan aturan dan ketentuan yg telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar mantan Kepala Pengelola Istana Siak tersebut. “Insya Allah tahun ini kita laksanakan kegiatan penelitian dan pengkajian terhadap situs-situs tersebut. Sehingga kita dapat menetapkan bahwa situs budaya itu menjadi cagar budaya yang perlu diperhatikan secara serius oleh pemerintah,” ungkap Muzani.

Selain itu, Muzani menambahkan Disdikbud melalui bidang kebudayaan akan melakukan akan rehab gudang mesium di Kecamatan Siak serta mengadakan pengkajian terhadap bangunan-bangunan peninggalan sejarah seperti rumah conteleur dan gedung landraad di Benteng Hilir.
Ia menyebutkan, sesuai dengan UU Cagar Budaya No 10/2011 bahwa bangunan peninggalan yang bersejarah di atas usia 50 tahun akan dilakukan kajian baik sejarah maupun struktur bangunan, “Kita sangat bersyukur karena Siak banyak sekali peninggalan bersejarah dibandingkan tempat lain di Riau. Karena Siak adalah sebuah kerajaan melayu terbesar di pesisir timur sumatera dahulunya, namun belum semua peninggalan tersebut diperhatikan secara maksimal,” sebutnya.
BACA SELANJUTNYA di - Disdikbud: Selamatkan Situs Budaya Riau

Kamis, 16 Januari 2014

BULAN PUSAKA GRAMEDIA PEKANBARU 2014


LATAR BELAKANG DAN PEMAKNAAN 7
Berawal dari ide luhur pihak Gramedia Pekanbaru untuk terlibat dalam pelestarian pusaka Riau dengan memberikan ruang dan waktu bagi penggiat pelestari pusaka untuk mengenalkan kekayaan dan nilai penting pusaka budaya di Riau kepada para pengunjung toko buku Gramedia Pekanbaru.

Penggiat pelestari pusaka bersama Gramedia berusaha untuk menyebarluaskan informasi dan pemahaman atas Pusaka Indonesia, Pusaka Alam, Pusaka Budaya termasuk juga Pusaka Saujana. Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air lndonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu.

NAMA DAN BENTUK KEGIATAN
lde luhur tersebut diterjemahkan menjadi kegiatan dengan tajuk “BULAN PUSAKA GRAMEDIA PEKANBARU”. Kegiatan ini diisi dengan berbagai bentuk kegiatan interaktif, pertunjukan kesenian, lomba, diskusi dan pameran selama satu bulan penuh.

TEMPAT DAN WAKTU
Kegiatan akan dilaksanakan di lantai dua Gedung Pusat Gramedia Pekanbaru, Jl. Sudirman Pekanbaru Riau mulai tanggal 01 - 30 April 2014. Acara Pembukaan 04 April 2014 pukul 19.00 WIB. Sedangkan Acara Penutupan akan dilangsungkan 27 April 2014 pukul 19-09 Wib.

JENIS-JENIS KEGIATAN
> Tari
> Lomba Mewarnai
> Lomba Tebak Gambar
> Lomba Menggambar
> Lomba Puzzle
> Lomba Berbalas Pantun
> Lomba Give Away Blog
> Lomba Fotografi
> Kegiatan Membatik
> Bedah Buku
> Silat
> Photo Box
> Tonel
> Kegiatan Pembuatan Perahu
> Makan Sirih
> Kegiatan Menekat
> Stand L’Chees Factory
> Kegiatan Bertenun
> Musik Tradisi
> Pameran Foto
> Baca Puisi
> Ghazal
> Nyanyian Panjang
> Heritage Rally

DESKRIPSI SINGKAT KEGIATAN
Diawali dengan acara pembukaan yang menampilkan budaya tari persembahan, kompang, silat dan makan sirih dan dimeriahkan dengan stand L’Cheese di area depan toko buku Gramedia, pengunjung dihantar ke area utama Bulan Pusaka Gramedia Pekanbaru dengan suasana kental kesenian Melayu Riau. Di lantai dua, pengunjung akan disuguhkan ratusan foto-foto pusaka Riau, kegiatan membatik yang akan bergantian dengan kegiatan menekat, menenun dan juga membuat perahu.

Selama satu bulan, dekorasi di lantai dua akan dirubah bemuansa pelestarian pusaka. Suasana ini akan diperkuat dengan banyaknya kegiatan harian yang silih berganti tampil seperti, tari, permainan musik, pembacaan puisi, lomba berbalas pantun, bedah buku, lomba mewarnai, lomba menggambar, tonel, lomba tebak gambar, lomba puzzle, nyanyi panjang dan juga lomba fotografi.

Seluruh rangkaian acara akan ditutup dengan kegiatan Heritage Rally bagi pengunjung toko buku Gramedia serta penyerahan hadiah bagi para pemenang seluruh lomba yang telah diadakan.

KEPANITIAAN
Pengelola kegiatan ini adalah kepanitiaan bersama antara pihak Gramedia Pekanbaru dengan Yayasan Riau Heritage beserta beberapa komunitas yang terlibat secara langsung. Dalam hal ini, Yayasan Riau Heritage berperan sebagai Panitia Pelaksana dan penanggung jawab keseluruhan acara.

SUSUNAN PANITIA INTI
Ketua : TaufikAsmara
Wakil : Hefflin Lazuardi
Sekretaris : D. Athri Kasih
Bendahara : Tengku Dini

UNDANGAN PARTISIPASI
Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan ini dengan target dan kualitas yang mencerminkan tingginya nilai pusaka yang kita miliki, kami mengundang Tuan dan Puan, untuk ikut berpartisipasi mendukung pendanaan kegiatan ini, baik secara pribadi maupun korporat.

Sifat kegiatan yang non-profit mendorong kami untuk tidak menetapkan besaran dan tingkatan sumbangan dana yang dapat Tuan dan Puan berikan. Besar sumbangan dapat Tuan dan Puan berikan sesuai dengan anggaran yang telah kami susun.

Sumbangan Tuan dan Puan, jika diijinkan akan kami sebutkan dan cantumkan dalam setiap promo di seluruh media dan dekorasi Lantai 2 Toko Buku Gramedia Pekanbaru.

Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi :
Taufik Asmara : 085278904001
Dedi Ariandi : 081268123044
BACA SELANJUTNYA di - BULAN PUSAKA GRAMEDIA PEKANBARU 2014

Rabu, 11 Desember 2013

Rumah Panggung di Tepi Sungai Siak Bisa Jadi Cagar Budaya


Rumah Panggung di Tepi Sungai Siak Bisa Jadi Cagar Budaya

Adanya rumah panggung di tepian Sungai Siak merupakan bentuk dari sisa-sisa identitas Melayu terdahulu. Di tempat inilah yang bakal menjadi silsilah lahirnya Kota Pekanbaru. Budayawan Riau Al Azhar menegaskan, banyak sekali rumah panggung yang nyaris terbiarkan bahkan rubuh karena lapuk. Hanya ada beberapa rumah yang dapat mempertahankan bentuknya yang asli. Terlebih lagi, rumah panggung tersebut bila usia bangunannya sudah lebih dari 50 tahun ke atas, dapat diajukan sebagai benda cagar budaya (BCB).

Proses pengajuan tersebut bisa dilakukan oleh pihak pemerintah, LSM bahkan dari pemilik rumah. "Tentu saja perlu dan seharusnya diajukan sebagai BCB. Tetapi tentu saja harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, misalnya minimal usia bangunannya sudah melewati 50 tahun," jelas Al Azhar, Kamis (21/11).

Al Azhar yang juga merupakan Ketua Harian Lembaga Adat Melayu Riau tersebut menegaskan, sebenarnya kota yang baik itu adalah sebuah kota yang bisa mengisahkan sejarahnya sendiri. Dalam artian, banyak ruang di mana ketika orang-orang hendak mengetahui sejarah sebuah kota, terlukiskan dari benda-benda budaya yang terjaga dengan baik.

"Nah, di Pekanbaru hal itulah yang tak tampak. Justru semacam ada upaya mengaburkan sejarah-sejarah yang ada. Kalau tidak, seperti ada proses membiarkannya," ucap beliau. Al-Azhar mengemukakan, BCB itu ada yang dimiliki oleh dunia yang disebut warisan dunia, warisan nasional dan daerah.


Namun demikian, untuk pengusulan tersebut tentulah melewati berbagai ketentuan. Misalnya ada proses pendataan, identifikasi dan lain sebagainya sehingga barulah kemudian oleh tim tertentu mengesahkan sesuatu itu layak sebagai BCB atau tidak.

Keberadaan rumah panggung itu sendiri menurut Erri Candra Jaya, salah seorang pemilik rumah panggung sudah ada semenjak tahun 1940. Rumah tersebut adalah milik datuknya yang bernama Ibrahim. Diceritakan Erri, datuknya dulu dipercayakan sebagai wedana yang bertugas di Kuala Mandau.

"Jadi rumah ini bagi kami sekeluarga ada warisan pusaka. Biarkanlah bentuknya tetap seperti semula karena selain itu, rumah ini juga tempat kami, keluarga besar berkumpul pada momen tertentu," katanya.

Sumber :
Berita Digital Riau
BACA SELANJUTNYA di - Rumah Panggung di Tepi Sungai Siak Bisa Jadi Cagar Budaya

Sabtu, 27 April 2013

Riau Heritage Siap Menjaga Benda Pusaka Melayu

Riau Heritage Siap Menjaga Benda Pusaka Melayu

Apa istimewanya bulan April? Sebagian orang yang menganut emansipasi tentu tahu bahwa di bulan April ada Hari Kartini, yaitu setiap 21 April. Yupz, betul sekali. Kartini dengan surat-suratnya telah mewariskan sebuah semangat untuk kaum wanita Indonesia. Semangat emansipasi. Warisan itu menjadi pusaka budaya bagi masyarakat Indonesia dan selalu dijaga dalam bentuk gaya hidup.

Omong-omong soal warisan pusaka budaya, ada dua klasifikasinya. Pertama, adalah pusaka budaya intangible, tidak ketara atau bersifat tidak terlihat. Itulah sifat dan kepribadian. Emansipasi adalah salah satu contohnya. Kedua, adalah tangible, ketara atau terlihat. Itulah benda-benda pusaka. Warisan budaya tengible ini disebut juga dengan warisan bendawi. Pusaka jenis ini sangat rentan terhadap perubahan waktu, rapuh, mudah hilang dan rusak. Dan, tidak umum bagi kita memperingati tentang berdirinya sebuah situs budaya atau pusaka bendawi setiap tahun. Iya, bukan?

Namun, ternyata bulan April menyimpan keistimewaan lainnya. Selain ada peringatan tentang pusaka intangible. Di bulan ini, masyarakat dunia juga merayakan Hari Pusaka Dunia, yaitu setiap 18 April.

Masyarakat Riau tentu saja tidak mau ketinggalan. Seperti kali itu. Ada yang berbeda di Museum Sang Nila Utama, Pekanbaru, Kamis, (18/4) halamannya yang biasa lengang, tampak telah terisi oleh aneka macam rupa foto. Foto-foto tersebut dibingkai dengan pigura hitam dan dipajang dengan teknik khusus dan artistik. Sebagian foto diletakkan di atas ranting-ranting kayu. Kemudian diletakkan di anak tangga museum. Foto-foto itu bagaikan daun bagi ranting yang telah meranggas.

Setelah mencapai teras museum maka kita akan mendapati aneka foto lagi. Namun kali ini dipajang dengan sekat-sekat yang berupa bilik. Uniknya foto yang dipamerkan umumnya adalah tentang benda-benda bersejarah pusaka budaya peninggalan melayu tua, Riau.

Begitulah cara Riau Heritage memperingati hari itu, yaitu Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day). Spesialnya lagi karena tahun 2013 ini juga di peringati sebagai Tahun Pusaka Indonesia. Riau Heritage adalah organisasi nirlaba yang peduli pada benda-benda pusaka dan cagar budaya melayu Riau. Organisasi ini menfokuskan diri pada pusaka budaya bendawi atau pusaka yang terlihat maupun pusaka yang bukan bendawi.

Dan, melalui foto-foto tersebut, Riau Heritage menyampaikan kepada kita, masayarakat Riau, terutama generasi muda, “inilah pusaka kita.” Kegiatan tersebut juga didukung oleh berbagai komunitas sepert Sapu Lidi, Blogger Bertuah, Donor buku, RiauMagz.com, Pancang Nibung dan Komunitas Fotografi Pekanbaru.

Keesokan harinya helat serupa juga diselenggarakan di Kantor Surat Kabar Tribun, Jalan Imam Munandar, Harapan Raya, Jumat (19/4). Disana pameran fotografi pusaka melayu ini dilaksanakan hingga malam hari.

Masyarakat Riau juga memiliki mewarisan benda-benda pusaka dari kerajaan-kerajaan melayu tua. Parahnya, benda-benda pusaka tersebut tidak luput dari berbagai ancaman. Misalnya pembangunan. Adakalanya pembangunan yang terjadi dapat menghilangkan situs bersejarah.

Namun masyarakat Riau tidak perlu "terlalu" khawatir lagi. Sebab Riau Heritage siap memperhatikan kelestarian situs cagar budaya melayu Riau untuk masa yang akan datang. Saat ini Riau Heritage telah mengidentifikasikan 44 buah situs pusaka Riau. Hanya saja, diduga 90 persennya berada dalam kondisi terancam. Baik karena alam dan umur bendanya yang sudah tua hingga karena pembangunan.

Bersempena dengan peringatan Hari Pusaka Dunia tersebut, Riau Heritage juga melaunching newsletter yang memberikan informasi tentang benda-benda pusaka dan berbagai kegiatan pelestarian pusaka di Riau, Indonesia dan Internasional. Newsletter tersebut diberi nama On Heritage.

"Kami yang ada di Riau Heritage bukanlah orang-orang yang paling mengerti sejarah atau orang yang paling mengerti budaya," ucap Ketua Yayasan Riau Heritage, Ardiansyah Tanjung dalam pidato penyambutannya. "Kami hanyalah orang-orang yang peduli dan merasa bahwa pusaka-pusaka tersebut harus kita jaga nersama sebagai bukti bahwa Riau pernah berjaya dahulunya."


Saat ini generasi muda Riau banyak yang acuh bahkan tidak tahu dengan benda-benda peninggalan sejarah yang asli milik Riau. Mereka hanya kenal dengan bentuk rumah minimalis, semi mediterania, modern klasik. Tapi ketika ditanya tentang mengapa harus ada ukiran di rumah tradisional melayu Riau, tak seorangpun yang tunjuk jari. Gigit jari, iya!

Hal senada disampaikan oleh Al Azhar, ketua Lembaga Adat Melayu Riau, "Jangan biarkan generasi Riau saat ini tidak mengetahui warisan apa yang mereka miliki," ujarnya ditempat yang sama. Al Azhar juga menyatakan bahwa ancaman yang paling besar terhadap kerusakan atau hilangnya situs budaya adalah pembangunan, baik pembangunan oleh pemerintah maupun swasta.


Tentu saja kita tidak apatis terhadap pembangunan. Namun alangkah suatu kebaikan jika pembangunan juga dilandasi oleh kearifan lokal. Misalnya dengan memahami bahwa ada situs-situs sejarah yang sebaiknya dijaga tetap seperti adanya ia pada mulanya. Selain itu ancaman terhadap pusaka daerah juga berasal dari gaya hidup (life style) masyarakat.

Tahun 2013 ini Riau Heritage mengfokuskan program kerja mereka pada situs-situs budaya yang terdapat di daerah Senapelan dan komplek Candi Muara Takus. Candi ini menyimpan banyak cerita sejarah yang hingga saat ini masih diperdebatkan. Namun penangannya yang tidak maksimal membuat keberadaan situs candi yang satu-satunya di Riau ini rentan terhadap kerusakan hingga bisa saja hilang sama sekali. Oleh karena itu, Riau Heritage menggagas pergerakan Lestari Muara Takus.


Seluruh kegiatan dan pergerakan-pergerakan Riau Heritage terbuka bagi masyarakat umum. Siapa saja yang ingin menikmati penggalan-penggalan sejarah Riau melalui benda pusakanya silahkan bergabung dengan organisasi ini. Untuk itu, silahkan kunjungi sekretarian Riau Heritage di Omah Buku, Jalan Nangka, atau join dengan grup RH di facebook https://www.facebook.com/groups/RiauHeritage/ serta akun twitter @RiauHeritage (IS)


BACA SELANJUTNYA di - Riau Heritage Siap Menjaga Benda Pusaka Melayu

Jumat, 12 April 2013

Hari Pusaka Sedunia 2013

Hari Pusaka Sedunia 2013 atau International Day for Monuments and Sites di mulai oleh International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) pada 18 April 1982 yang kemudian disetujui oleh UNESCO di tahun 1983, Sehingga tanggal 18 April ditetapkan sebagai Hari Pusaka Sedunia 2013 atau International Day for Monuments and Sites. Hari yang ditetapkan ini bertujuan untuk mempromosikan kesadaran tentang keberagaman budaya dan kemanusiaan, kerentanan dan usaha-usaha untuk melindunginya.

Telah 2 dasawarsa kegiatan ini berlangsung, di Indonesia disebut Tahun Pusaka Indonesia atau Indonesia Heritage Year dan tahun ini bertema ”Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat”. Demikian juga di Pekanbaru yang memiliki beberapa orang yang peduli dengan pusaka Pekanbaru maupun pusaka Riau secara keseluruhan. Terkumpul dalam wadah Yayasan Riau Heritage akan mengadakan kegiatan penyelamatan warisan budaya Riau, salah satunya Candi Muara Takus.

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memperingati Hari Pusaka Dunia tahun ini terutama bagi anak-anak dan remaja agar mereka semakin memahami pentingnya melestarikan Candi Muara Takus sebagai sumber daya budaya. Selain itu mereka juga diberi pemahaman tentang pentingnya Warisan Budaya sehingga mereka dapat mengenal sejarah daerah dan bangsanya dengan lebih baik.

Kegiatan ini dimulai dengan penyebaran informasi pada tanggal 14 April 2013 berlokasi di Car Free Day (CFD) Jalan Diponegoro dan Jalan Gajah Mada Pekanbaru dengan memberikan bunga, pembatas buku, stiker, dan bahan informasi lain kepada pengunjung CFD. Kegiatan di CFD ini didukung oleh Komunitas Sapulidi, Komunitas Blogger Bertuah Pekanbaru, Komunitas Pancang Nibung, dan lain-lain.

Kemudian akan dilanjutkan pada tanggal 18 April 2013 yang bertepatan dengan Hari Pusaka Dunia dengan menggelar pameran photo dan seminar yang akan dilaksanakan di Taman Budaya Provinsi Riau Jalan Jendral Sudirman Pekanbaru mulai jam 08.00 sampai dengan selesai.



Candi Muara Takus dijadikan ikon untuk kegiatan ini karena beberapa waktu lalu disinyalir kuat telah terjadi pengrusakan yang dilakukan oleh BP3S Batusangkar yang tidak melaksanakan perawatan Benda Cagar Budaya sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dikhawatirkan akan terjadi penipisan pada batu bata penyusun struktur bangunan candi.

Diharapkan dengan diadakannya kegiatan Hari Pusaka Dunia, semua warga Riau dapat melestarikan warisan budaya Riau sehingga tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Dedi 081268123044

BACA SELANJUTNYA di - Hari Pusaka Sedunia 2013

Minggu, 27 November 2011

Sejarah Asal Kata RIAU

Nama Riau menurut Hasan Junus, setidaknya ada tiga kemungkinan asal usul penyebutannya. Pertama, toponomi riau berasal dari penamaan orang Portugis rio yang berarti sungai. Kedua, tokoh Sinbad al-Bahar dalam kitab Alfu Laila Wa Laila menyebut "riahi" untuk suatu tempat di Pulau Bintan, seperti yang pernah dikemukakan oleh almarhum Oemar Amin Hoesin dalam pidatonya ketika terbentuknya Provinsi Riau. Ketiga, diambil dari kata rioh atau riuh yang berarti hiruk-pikuk, ramai orang bekerja. Dari ketiga kemungkinan di atas, kata rioh atau riuh merupakan hal yang paling sangat mendasar penyebutan nama Riau.

Nama Riau yang berpangkal dari ucapan rakyat setempat, konon berasal dari suatu peristiwa ketika didirikannya negeri baru di sungai Carang untuk jadikan pusat kerajaan. Hulu sungai itulah yang kemudian bernama Ulu Riau. Adapun peristiwa itu kira-kira seperti teks seperti di bawah ini.

Tatkala perahu-perahu dagang yang semula pergi ke Makam Tauhid (ibukota Kerajaan Johor) diperintahkan membawa barang dagangannya ke sungai Carang di pulau Bintan (suatu tempat sedang didirikan negeri baru) di muara sungai itu mereka kehilangan amh. Bila ditanyakan kepada awak-awak perahu yang hilir, "di mana tempat orang-orang raja mendirikan negeri" mendapat jawaban "di sana di tempat yang rioh" sambil mengisyaratkan ke hulu sungai. Menjelang sampai ke tempat yang dimaksud, jika ditanya ke mana maksud mereka, selalu mereka jawab, "mau ke rioh".

Pembukaan negeri Riau yang sebelumnya bernama sungai Carang itu pada 27 September 1673, diperintahkan oleh Sultan Johor Abdul Jalil Syah III (1623-1677) kepada Laksamana Abdul Jamil. Setelah Riau menjadi negeri, maka Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, merupakan sultan Riau pertama yang dinobatkan pada 4 Oktober 1722. Setelahnya, nama Riau dipakai untuk menunjukkan satu di antara 4 daerah utama kerajaan Johor, Pahang, Riau dan Lingga.

Setelah Perjanjian London 1824 yang membelah dua kerajaan tersebut menjadi dua bagian, maka nama riau digabungkan dengan lingga, sehingga terkenal pula sebutan Kerajaan Riau-Lingga. Pada zaman pemerintahan Belanda dan Jepang, nama ini dipergunkan untuk daerah kepulauan Riau ditambah dengan pesisir Timur Sumatera.

Pada zaman kemerdekaan, Riau merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Tengah. Setelah Provinsi Riau terbentuk pada pada tahun 1958, maka nama itu di samping dipergunakan untuk nama sebuah kabupaten, dipergunakan pula untuk nama sebuah provinsi seperti saat ini. Sejak tahun 2002 Riau terpecah menjadi dua wilayah, yaitu Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah yang menjadi Provinsi Riau saat ini berasal dari beberapa wilayah kerajaan Melayu sebelumnya yakni Kerajaan Pelalawan (1530-1879), Kerajaan Inderagiri (1658-1838), dan Kerajaan Siak (1723-1858) dan sebagian dari Kerajaan Riau-Lingga (1824-1913).

Sumber :
Riau Tanah Air Kebudayaan Melayu
Muhibah Seni Budaya Melayu Riau : Melayu Sejati
Elmustian Rahman dkk
Departemen Pendidikan Nasional
November 2009
BACA SELANJUTNYA di - Sejarah Asal Kata RIAU

Rabu, 08 Juni 2011

Pemikiran Tengku Luckman Sinar Basarshah II tentang Kemelayuan dan Keindonesiaan

Pemikiran Tengku Luckman Sinar Basarshah II tentang Kemelayuan dan Keindonesiaan

Medan, KerajaanNusantara.com - Kiprah almarhum Tengku Luckman Sinar Basarshah II, Pemangku Adat Kesultanan Serdang sekaligus sosok budayawan dan sejarawan, dalam memperjuangkan kebudayaan Melayu, tidak diragukan lagi. Berbagai aktivitas telah beliau lakukan, antara lain lewat penelitian, penulisan, pendidikan, hingga aktif sebagai pemakalah dalam berbagai seminar. Namun, pergerakan beliau harus terhenti karena pada Kamis, 13 Januari 2011, Tengku Luckman Sinar Basarshah II wafat setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Sime Darby, Subang Jaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

Sebagai wujud apresiasi terhadap perjuangan Tengku Luckman Sinar Basarshah II, maka Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU), pada Rabu (23/02), menggelar acara bertajuk “Seminar Internasional Pemikiran Tengku Luckman Sinar Basarsah II tentang Kemelayuan dan Keindonesiaan”. Acara ini diselenggarakan di Laboratorium Pariwisata USU, Medan, Sumatera Utara. Tokoh-tokoh yang kompeten di bidangnya, baik dari dalam maupun luar negeri, hadir dalam seminar ini sebagai pemateri, antara lain: Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dato Dr. A. Latif Abu Bakar, Prof. Dr. Dato Tan Sri Ismail Hussein, Prof. Dr. Soebanindio Hadiluwih, Dr. M. Takari, M.Hum, Drs. Syafwan Hadi Umri, M.Hum, dan Edy Ihsan SH, MH.



Selain para pemakalah, seminar internasional ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Gatot Pujonugroho, Rektor USU Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), Dekan Fakultas Sastra Dr. Syahron Lubis, Bupati Serdang Bedagai Tengku Erry, Keluarga Tengku Luckman Sinar, serta undangan lainnya. Dalam sambutan yang sekaligus sebagai pembukaan seminar, Wagubsu Gatot Pujonugroho menceritakan pengalaman beliau dengan almarhum Tengku Luckman Sinar ketika masih hidup. Wagubsu menceritakan bahwa almarhum merupakan tokoh yang sangat paham sejarah dan budaya Sumatera Utara, khususnya kebudayaan Melayu. Kemampuan beliau inilah yang kemudian diwujudkan melalui berbagai aktivitas, seperti penerbitan buku bertema sejarah dan budaya, mengajar, hingga aktif di berbagai seminar.

Tengku Luckman Sinar adalah sosok pemerhati sejarah dan budaya. Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan bersama pemerintah provinsi dalam rangka pengembangan sejarah dan kebudayaan Sumut, beliau selalu hadir untuk memberikan pemikiran-pemikiran yang sangat krusial bagi terbentuknya wawasan sejarah Sumut. Selain itu, almarhum Tengku Luckman Sinar tidak berhenti memberikan konstribusi pemikirannya dalam pengetahuan sejarah Sumatera Utara, dalam keadaan sakit sekalipun. Oleh karena itu, penyelenggaraan seminar ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat ke arah yang konstruktif untuk perkembangan sejarah dan budaya Melayu. Selain itu, seminar ini diharapkan juga dapat menjadi media transformasi pemikiran almarhum Tengku Luckman Sinar kepada masyarakat luas.

http://www.kerajaannusantara.com/id/kesultanan-serdang/news/221-Indonesia-Melayu-dalam-Pemikiran-Tengku-Luckman-Sinar
BACA SELANJUTNYA di - Pemikiran Tengku Luckman Sinar Basarshah II tentang Kemelayuan dan Keindonesiaan

Sabtu, 04 Juni 2011

Undang Undang Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua di Dunia?

Undang Undang Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua di Dunia?

Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka

REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI--Budayawan Jambi Nukman SS mengatakan seorang ahli filologi dari Hawaiy University Amerika Serikat, Uli Kozok dalam risetnya menyimpulkan naskah melayu tertua di dunia ada di Kerinci.

"Dalam kesimpulan riset dari riset yang dilakukannya di tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Belanda, filolog Dr Uli Kozok menyimpulkan bahwa naskah Melayu tertua ada di Kerinci, tepatnya di Desa Tanjung Tanah," kata Nukman SS ketika dihubungi di Jambi, Sabtu.

Naskah tersebut, kata dia, menurut riset Uli Kozok ternyata jauh lebih tua 200 tahun dibanding dengan naskah surat raja Ternate yang sebelumnya dinyatakan sebagai naskah melayu tertua di dunia. Naskah kitab undang-undang Tanjung Tanah diperkirakan dikeluarkan pada abad 14.

Menurut Nukman, kesimpulan Uli Kozok tersebut juga didasari atas uji radio karbon yang dilakukan pihaknya di Wellington, Selandia Baru atas sampel bahan kertas Daluang (samakan kulit kayu) yang digunakan untuk penulisan naskah itu.

"Uli Kozok dari hasil uji radio karbon yang sangat akurat prediksinya itu menegaskan kalau Daluang yang digunakan untuk media penulisan naskah tersebut bisa dipastikan ditebang pada rentang waktu antara abad 12 hingga 13," katanya.

Dari usia itulah, menurut dia dapat diprediksikan penulisan naskah itu pun berkisar tidak jauh dari abad itu, maksimal pada abad ke 14 naskah itu telah dibuat.

Sesuai catatan sejarah pula, kata dia kalau pada masa itu Kerajaan Melayu yang beribukota di Darmasyaraya (sebuah kabupaten pemekaran Sumbar, tetangga dekat kabupaten Kerinci) diperintah oleh Raja Adityawarman, itu sedang pada masa puncak kejayaannya.

Prediksi umur naskah Kitab Undang-undang Tanjung Tanah itu pun juga berdasarkan pada analisa jenis aksara yang digunakan.


http://biruhitamputih.wordpress.com/2011/02/07/kitab-undang-%E2%80%93-undang-tanjung-tanah/

Meskipun diketahui Kerinci sudah dari masa sebelumnya telah memiliki aksara sendiri yakni aksara `Incoung`, namun empunya yang menuliskan kitab tersebut menggunakan aksara pasca-Pallawa, bukan aksara Pallawa dan bukan pula aksara Jawa kuno.

"Karena itu, Uli Kozok menyimpulkan naskah tersebut pasti dikeluarkan oleh pihak kerajaan yakni raja Adityawarman, yang tengah gencarnya membangun imej pemerintahannya sendiri mengingat pada masa itu adalah era mulai melemahnya pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu-Budha besar di pulau Jawa," katanya.

Aksara Incoung, kata dia meskipun telah menjadi aksara asli yang sudah digunakan secara umum oleh masyarakat Kerinci masa itu, namun bagi pihak kerajaan aksara itu dianggap aksaranya kaum Sudra atau rakyat jelata.

Orang luar Kerinci menyebut aksara itu sebagai `Surat Ulu` yang artinya aksara dari pedalaman sebagaimana posisi Kerinci sendiri yang memang berada di pedalaman Bukit Barisan.

"Oleh karena itu, menurut Uli Kozok penggunaan aksara itu tidak terlepas dari politik Adityawarman sendiri yang sangat terobsesi untuk membangun kerajaannya sendiri yang mandiri hingga mampu melepaskan diri dari pengaruh kerajaan besar di Jawa, maka dia menggunakan aksara sendiri yang berakar dari aksara Pallawa dan Jawa, daerah yang sebelumnya menjadi tempat tinggalnya dan menimba ilmu," kata Nukman.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/04/30/lkgkph-undang-undang-tanjung-tanah-naskah-melayu-tertua-di-dunia
BACA SELANJUTNYA di - Undang Undang Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua di Dunia?

Selasa, 22 Februari 2011

Unsur Mitos dalam Pelestarian Alam

Unsur Mitos dalam Pelestarian Alam
Laporan PURNIMASARI, Bokor
purnimasari@riaupos.com


Riau Pos berkesempatan melihat ‘bela’ kampung pada Senin (3/1) lalu di Bokor. Menurut Penghulu Desa Bokor, Iriyanto Abdullah, ‘bela’ kampung ini dilakukan dua tahap. Pertama, buang ancak yang dilaksanakan pada Kamis (30/12/2010). Kemudian ratib saman tiga hari berturut-turut sejak Ahad (2/1) hingga Selasa (4/1) dengan rute yang berbeda. Hari pertama, ratib dari Dusun Cempedak ke Dusun Durian. Hari kedua, dari Dusun Kelapa ke Dusun Durian. Hari ketiga, sama seperti hari kedua tapi beda tempat.

Pada Kamis (30/12/2010) pukul 8.00 WIB, penduduk membuat ancak dan sesajian. Ancak adalah media sesajian yang terbuat dari pelepah rumbia dan daun kelapa. Ancak biasanya berisi beras putih, daging ayam bakar, serta penganan tradisional seperti lepat dan kue koci (kue yang terbuat dari tepung beras, berbentuk segitiga dan di dalamnya ada inti dari kelapa dan gula). Semuanya dalam kondisi separo masak. Pukul 15.00 WIB, sesajian diletakkan ke ancak dan dibawa ke tempat melepas ancak di dua lokasi. Ketika ancak dibacakan mantera oleh bomo, anak-anak kecil disuruh mencangkung di bawah ancak yang dipercaya untuk buang sial. Selepas itu penduduk menaburkan bertih (beras yang sudah digonseng) ke dalam ancak.

Jumat (31/12/2010) pagi, warga mengambil air penawar ‘bela’ kampung di rumah bomo. Air penawar itu diminum dan dicampur dengan air mandi. Setelah itu mereka melakukan pantang selama tiga hari hingga Ahad (2/1) pukul 13.00 WIB. Pantangan itu di antaranya: tak boleh memotong kayu, tak boleh memetik daun, tak boleh menangkap ikan, tak boleh mengambil daun pandan dan tak boleh mengambil air di sumur umum untuk dibawa pulang. Air sumur, selama masa pantang, hanya boleh dipakai mandi.

Saat ‘bela’ kampung di Bokor pada Senin (3/1) lalu, semua pesertanya, kurang lebih 90 orang, adalah lelaki. Mereka berkumpul di jalan di depan rumah penduduk yang paling ujung. Sebelum berbaris dan memulai ratib saman keliling kampung, mereka membagi-bagikan bertih. Nanti, bertih ini akan dimasukkan ke wadah-wadah air yang diletakkan penduduk di atas kursi atau bangku pas di jalan masuk ke halaman mereka. Tak jarang, bersama wadah air ini penduduk menyedekahkan makanan berupa biskuit.

Perempuan dan anak-anak tak boleh keluar rumah apalagi melintas sepanjang ratib. Masyarakat percaya akan ada bala menimpa untuk orang yang melanggarnya. Di setiap simpang, para peserta ratib berhenti dan pemimpin ratib akan mengumandangkan azan lewat pengeras suara. Karena hanya diikuti para lelaki, ritus tua itu kini seolah-seolah bergeser hanya jadi milik kaum maskulin. Sepintas, mirip tradisi tua di Jepang yang juga cenderung berpusat pada kaum Adam (patriarch centric). Begitu para peserta ratib melewati rumah, barulah kaum perempuan dan anak-anak berani keluar rumah dan mengambil air yang sudah diberi bertih tadi. Air itu bisa direnjis-renjiskan ke rumah, diminum, atau dijadikan campuran air untuk mandi.

Selain untuk merawat kampung, ‘bela’ kampung juga bertujuan menghalau bala. Karena itu, zaman dulu, ‘bela’ kampung juga kadang diadakan setelah suatu desa mengalami musibah. Pengalaman serupa itu masih membekas di ingatan salah seorang warga Bokor, Sopandi. Menurutnya, di awal tahun 1990-an, daun-daun durian di Bokor banyak dihinggapi ulat. Melihat kejadian itu, penduduk Bokor melakukan ‘bela’ kampung. "Alhamdulillah, hingga saat ini, insya Allah belum ada musibah yang melanda kampung kami," ujar Sopandi.

Jika kita perhatikan, masih ada beberapa mitos yang dibungkus lewat cerita rakyat (folklore) yang kemudian dijadikan panduan. Inilah dongeng di mana jembalang dan mambang menjadi cameo-nya. Semaju apapun bangsa, tetap punya mitos walau mengalami demitologisasi. Oleh kita yang hidup hari ini, mitos itu mungkin kebanyakan tak masuk akal. Padahal, itu adalah hasil pengalaman ratusan tahun. Namun, unsur mitos adalah suatu teknik pelestarian alam dalam minda orang Melayu. Sehingga tak ada orang yang berani ceroboh memperlakukan alam di luar ketentuan adat resam Melayu dan panduan Islam yang lurus. Jadi, mitos hanya bersifat sementara, sebelum orang punya pikiran logis terhadap kelestarian alam. Walaupun, untuk dukun-dukun yang mengambil jalan kidal kadang digunakan untuk kepentingan irasional yang sangat terbatas. Jadi, puak Melayu menyimpan logika dalam mitosnya.

Pembuatan ancak dan sesajian adalah peninggalan zaman animisme. Namun itu tidak disembah oleh orang Melayu. Bahkan, di beberapa tempat di Meranti, pembuatan ancak dan sesajian sudah tak ada lagi. Yang tinggal hanya memasukkan bertih ke air.

Menurut budayawan Yusmar Yusuf, memasukkan bertih ke air bermakna mengharapkan berkah, rezeki, sekaligus simbol kemakmuran. Semua itu merupakan bagian dari penyusunan tanda-tanda suci (hierofany) karena setiap ritus selalu diikuti tanda-tanda suci. Dalam ‘bela’ kampung dimensi air (sungai atau laut) adalah pengharapan akan ikan yang banyak. Itu bisa terlihat pada ‘bela’ (semah laut) untuk terubuk di Selat Bengkalis yang diterajui pawang. Juga di Selat Asam di Desa Baran Melintang di Pulau Merbau, Meranti. Selain di Bokor, ‘bela’ sungai dan kuala juga di Sungai Suir, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Meranti. Konon, menurut cerita, sang pawang keturunan batin Suir berdiri di atas tubuh ikan pari yang timbul di tengah-tengah Sungai Suir.

"Semuanya menjaga keseimbangan manusia dan alam. Dengan menuju puncak bijak (wise) dan bajik (virtue). Kaidah-kaidah lokal yang kompromi dengan logika alam. Malah di era krisis energi dan perubahan iklim yang ekstrim, ihwal ini menjadi ‘cultural exercise’ (latihan kebudayaan) yang menarik dan testable (bisa diuji) untuk kehidupan yang nyaman (liveable)," ujar Yusmar yang juga anak jati Teluk Belitung, Meranti ini.

nb :
DEMIKIANLAH MELAYU DALAM MENJAGA KESEIMBANGAN ALAM.
Menjaga Hutan
Melestarikan hutan
Semuanya hancur oleh orang luar dan kebijakan pemerintah pusat yang tidak berperilingkungan-hidup.

Artikel lainnya :
Ekspedisi Hulu Sungai Bokor
Fiesta Bokor Riviera 2011
Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat
Herba Kembang Bokor
Peta Hutan Kabupaten Meranti Propinsi Riau
Tahun Baru Imlek di Selat Panjang
Bangunan Tua Kota Selatpanjang
Kearifan Lokal Memelihara Kampung di Pulau Ransang, Meranti : Obor dari Bokor
Unsur Mitos dalam Pelestarian Alam
Memperlakukan Alam Bagai Manusia

BACA SELANJUTNYA di - Unsur Mitos dalam Pelestarian Alam

Minggu, 20 Februari 2011

Kearifan Lokal Memelihara Kampung di Pulau Ransang, Meranti : Obor dari Bokor

Kearifan Lokal Memelihara Kampung
di Pulau Ransang, Meranti
Laporan PURNIMASARI, Bokor
purnimasari@riaupos.com


Adat orang hidup beriman
Tahu menjaga laut dan hutan
Tahu menjaga kayu dan kayan
Tahu menjaga binatang hutan
Tebasnya tidak menghabiskan
Tebangnya tidak memusnahkan
Bakarnya tidak membinasakan


Siang yang cukup terik, tengah hari, di awal Januari. Para penumpang yang hendak menyeberang ke Pulau Ransang dari Pelabuhan Tanjung Harapan, Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, sibuk mencari posisi yang strategis dalam boat pancung. Yang paling nyaman adalah duduk di bangku belakang, karena percikan air akibat hempasan haluan boat pancung akan sedikit berkurang. Sekitar 15 menit, boat pancung singgah ke Pelabuhan Peranggas, Desa Lemang, Kecamatan Ransang Barat untuk menurunkan pesisir. Letak Peranggas berhadap-hadapan dengan Tanjung Harapan. Jurumudi kemudian menyusuri Selat Air Hitam hingga bertemu kuala Sungai Bokor. Seketika, kawanan bakau (mangrove) yang terpelihara pun menyambut. Dari Selatpanjang ke Pelabuhan Bokor kurang lebih memakan waktu sekitar 30 menit.

Untuk sampai ke Bokor sebenarnya ada banyak jalan. Bisa lewat Bantar (ibukota Kecamatan Ransang Barat), Sialang Pasung, Tanah Kuning dan pelabuhan Kampung Jepun. Tapi umumnya adalah lewat Peranggas atau menyusuri sungai hingga ke pelabuhan Bokor. Jarak antara Peranggas ke Bokor kurang lebih 8 Km dan bisa ditempuh dengan sepeda motor.

Tiba di Bokor, suasana teduh pun menyapa. Jalan-jalan di kampung dicor semen dan cukup lebar. Pohon buah-buahan begitu mudah dijumpai. Mulai dari yang biasa seperti cempedak, manggis, jambu, langsat dan duku, hingga buah-buahan rimba yang sudah mulai langka seperti tampui, buah kundang (mirip anggur), paye (seperti salak tapi lebih kecil), pulas, lekop, sentul, semprung (seperti duku tapi agak besar) dan lain sebagainya. Batang-batang durian raksasa tumbuh di mana-mana, tinggi menjulang, menjilat angkasa. Nuansa rimba kian terasa ketika kicau burung dan bunyi selenging (iy’ang-iy’ang) menyelinap, menggelitik telinga.

Jika kita berjalan ke kampung-kampung lainnya di sekitar Bokor, maka lintasan-lintasan pemandangan yang dijumpai sungguh menyentuh dawai perasaan atau hati. Ada kebun getah, kelapa, kopi, pinang, kakao, saka, hingga taman padi yang permai diselingi panggung-panggung kecil tempat beristirahat. Kebun-kebun ini silih berganti dan kadang menyatu dalam sebuah komposisi yang unik ibarat sebuah lukisan. Kelapa bisa bersanding dengan padi. Pinang bisa berkawan dengan kopi. Bahkan, teras-teras rumah adalah huma padi. Sungguh persulaman-persulaman yang menenteramkan hati. Mirip patchwork (jahitan kain perca) yang meski main tabrak, campur aduk, namun tetap jelita. Hanya tangan lasak nan piawai yang sanggup menaklukkannya.

Hebatnya, semua komoditas itu berukuran serba jumbo. Semua terasa sanggam karena tanah yang dikawal sungai dan selat ini sangat subur sebab bersemenda dengan air masin. Pendek kata: kemari jadi, apapun ditanam, hasilnya takkan risau hati. Inilah cuplikan-cuplikan pemandangan alam semula jadi yang sungguh membuat takzim.

Di sepanjang jalan di kampung-kampung, penduduk menjemur pinang dan kopra. Kalau banyak, ia disusun di para-para di pekarangan rumah. Namun tidak diserakkan begitu saja. Buah pinang yang telah dibelah disusun dalam shaf-shaf yang rapi, pertanda yang melakukannya memang bertolak dari pangkal hati. Para perempuan mengumpulkan daun pandan untuk dibuat tikar. Budak-budak tertawa gembira bermain air di parit-parit besar yang membelah kampung mereka.

‘Bela’ Kampung, Sebuah Ritus Tua


Uniknya, masyarakat Bokor masih menegakkan tradisi ‘bela’ kampung. Dalam helat itu, penduduk melakukan ratib saman (berzikir) sambil berjalan keliling kampung. Tradisi ‘bela’ kampung sebenarnya dikenal hampir di semua tempat di Riau. Dalam dialek puak Melayu di daratan biasanya diucapkan dengan kata bolo. Artinya merawat, memelihara. Bedanya, biasanya ratib saman hanya dilakukan dalam surau atau masjid. Biasanya, ratib saman ini dilakukan orang-orang tarikat dengan maksud tolak bala, menghindarkan malapetaka dari kampung. Karena itu ia disebut juga ratib berjalan atau ratib tolak bala. Ini adalah sebuah ritus tua, tradisi yang sudah sangat lama. Paling akhir diperkirakan hanya ada sekitar tahun 1940-an.

Menurut wakil ketua panitia ‘bela’ kampung, Khaidir, ritual ‘bela’ kampung di Bokor sebenarnya juga sudah lama tak dilaksanakan, lebih kurang ada 17 tahun.
Kini kita coba adakan lagi untuk memacu semangat generasi muda bahwa pentingnya pelestarian budaya serta agar jauh dari bala petaka. Karena insya Allah akan diadakan sebuah helat besar di Bokor pertengahan tahun ini, dari hasil rapat dengan penduduk, diputuskan kita harus ‘bela’ kampung dulu. ‘Bela’ kampung sebenarnya ada dua versi, yakni secara adat dan syarak. Secara adat dilakukan dengan membuat sesajian di ancak dan yang secara syarak dilakukan dengan ratib saman keliling kampung," ujar Khaidir yang juga wakil ketua Badan Pembangunan Desa itu.

Menurut salah seorang tetua masyarakat Bokor, Uzir (42), tradisi ‘bela’ kampung dengan ratib saman keliling kampung adalah sebuah tradisi tua dan dulu dilakukan hampir di seluruh daerah di Kepulauan Meranti. Namun seiring perkembangan zaman, hal itu sudah makin jarang dilakukan bahkan nyaris tak ada lagi.

Semasa ia kecil dulu, kenang Uzir, jumlah penduduk yang melakukan ‘bela’ kampung jauh lebih besar. Yang ikut tak hanya puak Melayu, tapi juga Jawa, Banjar dan Bugis. Ketika itu, ‘bela’ kampung tak cuma dilakukan di darat, tapi juga di sungai atau laut. Untuk ‘bela’ kampung di laut, mereka membuat gambar orang-orangan dari pelepah rumbia yang kemudian dihanyutkan ke sungai. "Kalau ‘bela’ kampung yang di laut, sampan-sampan diatur sedemikian rupa lalu diberi galang-galang dari papan sehingga antara sampan ke sampan saling berhubungan. Nanti, bomo (dukun) akan menari-nari di atas papan itu sampai ia serap (macam kerasukan, red). Kadang, ada juga yang sebelum ke sungai, bomo menari di atas dulang yang ada bara api," tutur Uzir.

Kini, lanjut Uzir, ‘bela’ kampung di laut tak lagi dilakukan karena bomo laut sudah tak ada. Meski anak sang bomo laut ramai, ternyata tak ada yang mewarisi ilmu sang ayah. Yang masih hidup hanyalah bomo darat yang akrab disapa Aki Jamil yang kini sudah berusia 80 tahunan. Meski umur sudah uzur, Aki Jamil hingga kini masih jadi bomo. Dengan kondisi tubuhnya yang sudah bungkuk, ia masih bisa membaca mantera-mantera. Dalam aturan mainnya, bomo darat tak bisa melakukan ‘bela’ kampung di laut, begitu pula sebaliknya. "Dulu, ‘bela’ kampung juga diikuti perempuan. Yang paling berat adalah yang di laut. Karena penduduk akan berkumpul di kuala Sungai Bokor dan kemudian terjun ke laut. Mereka mengambil akar-akar kayu yang ada di kuala sungai lalu dibawa pulang untuk dijadikan obat," ungkap Uzir.

Dikatakan Uzir, sebenarnya, semua penduduk boleh ikut ‘bela’ kampung. Syaratnya, sudah akil baligh, berwudhu dan bersih dari hadas kecil dan hadas besar. Di hulu Sungai Bokor yang merupakan kampung tua dekat Sarang Burung dan Sengelir, penduduknya melakukan ‘bela’ kampung ketika buah-buahan sudah mulai masak. Hanya, mereka tak membuat ancak dan ratib saman cukup dilaksanakan di surau. Itu masih dilakukan hingga kini. Uniknya, meski sudah masak, buah-buahan yang ada di sana tak boleh dihabiskan semuanya oleh manusia, tapi harus disisihkan beberapa agar bisa dimakan hewan.

"‘Bela’ kampung dilakukan untuk menghindari gangguan makhluk halus dan syetan. Dengan adanya ‘bela’ kampung, diharapkan semua jenis tanaman terhindar dari penyakit. Karena itu ‘bela’ kampung ini boleh diteruskan. Sebab kalau dari sekarang kita sudah mengembangkan tradisi, anak-anak kita di kemudian hari insya Allah takkan lupa. Mungkin bisa saja dilakukan sekali setahun saat tahun baru Islam," tutur Uzir.

Warga Bokor lainnya, Om Bay (40) juga menilai bagus diadakannya kembali ‘bela’ kampung. "Ini sebenarnya sudah tradisi desa kami puluhan tahun lalu untuk menghindari bala. Masa saya kecil dulu, waktu orang sedang berzikir tu, kita tak boleh terserempak (berhadapan), juga tak boleh keluar rumah karena dianggap tak baik," kenang Om Bay.


Artikel lainnya :
Ekspedisi Hulu Sungai Bokor
Fiesta Bokor Riviera 2011
Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat
Herba Kembang Bokor
Peta Hutan Kabupaten Meranti Propinsi Riau
Tahun Baru Imlek di Selat Panjang
Bangunan Tua Kota Selatpanjang
Kearifan Lokal Memelihara Kampung di Pulau Ransang, Meranti : Obor dari Bokor
Unsur Mitos dalam Pelestarian Alam
Memperlakukan Alam Bagai Manusia


BACA SELANJUTNYA di - Kearifan Lokal Memelihara Kampung di Pulau Ransang, Meranti : Obor dari Bokor

Jumat, 18 Februari 2011

Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat

Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Meranti Propinsi Riau dengan titik koordinat 1"02'50.05 North (Lintang Utara) dan 102"45'26.25 East (Bujur Timur).
Peta Lokasi Sungai Bokor dan Desa Bokor
Kecamatan Rangsang Barat
Kabupaten Meranti
Propinsi Riau

Berpenduduk 3.441 jiwa, terdiri dari 1146 lelaki dewasa, 569 perempuan dewasa, 1726 anak-anak. Desa Bokor memiliki 4 dusun yang semuanya bernama buah. Berkesesuaian dengan bahasa Melayu yang menyebut dusun sebagai kebun, sehingga dusun sebagai wilayah pemerintahan dalam struktur pemerintahan sekarang, dahulunya merupakan areal kebun dalam kehidupan masyarakat Melayu. Areal tersebut kemudian menjadi suatu wilayah pemerintahan sesuai dengan areal kebun dimaksud. Dusun-dusun di Desa Bokor tersebut adalah Dusun Durian, Dusun Cempedak, Dusun Manggis, dan Dusun Kelapa yang semuanya dikepalai oleh masing-masing seorang Kepala Dusun.

Penamaan Desa Bokor sendiri mengikut kepada nama sungai didekatnya yaitu Sungai Bokor. Sejarah Penamaan Sungai Bokor masih sedikit simpang siur karena penulis belum bertanya langsung dengan ahli sejarah yang mengerti daerah setempat. Penulis mendapat khabar berita dari pemuda dan masyarakat setempat bahwa Sungai Bokor dinamakan demikian karena dahulunya pernah jatuh sebuah bokor di sungai tersebut milik permaisuri Sultan Siak. Hulubalang-hulubalang telah dikerahkan untuk menyelam dan mencari bokor kesayangan permaisuri yang telah jatuh. Sampai beberapa lama, bokor kesayangan itu tidak dapat ditemukan, dan bahkan sampai sekarang pun tidak ditemukan. Dari kejadian itulah sungai tersebut dinamakan SUNGAI BOKOR, dan desa didekat sungai Bokor itu diberi nama Desa Bokor. Menurut masyarakat setempat lebih lanjut menerangkan bahwa Desa Bokor dahulu posisinya bukan di tempat sekarang, tetapi lebih jauh ke dalam dan bernama Desa Petani.

Bokor dalam kehidupan Melayu sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia, diartikan
bo·kor n pinggan besar yg cekung dan bertepi lebar (biasanya dibuat dr logam); tembokor
Dengan bentuk tepi yang lebar dan dalam, bokor lebih menyerupai mangkuk (mangkok) yang terbuat dari logam. Dahulu pada zaman Kesultanan Riau, biasanya terbuat emas, tembaga atau kuningan. Zaman sekarang biasanya terbuat dari tembaga dan alumunium. Bahkan sebagian masyarakat menetapkan bahwa Bokor adalah mangkok yang terbuat dari emas, tembaga, atau kuningan.

Bokor sebagai mangkok persembahan juga digunakan oleh masyarakat Bali. Terbuat dari Aluminuim diproduksi oleh masyarakat Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Bokor ini diekspor ke mancanegara dengan negara tujuan Afrika, Belanda, Amerika Serikat, Prancis, Spanyol dan lainnya. Perhatikan nama Desa Menyali yang mirip dengan Desa Melai yang berbatasan dengan Desa Bokor Rangsang Barat.

Bokor sebagai nama tempat juga terdapat di daerah lain seperti :
  1. Bokor Hill Station di Kamboja tepatnya di Khmer Koathany Pnomh Bokor, Preah Monivong National Park yang dahulunya dijajah Prancis. Pernah dijadikan lokasi shooting film City of Ghosts (2002) dan R-Point (2004). Disini terdapat Bokor Palace Hotel (Bokor Mountain National Park in Cambodia).
  2. Desa Kedung Bokor di kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Indonesia.
  3. Desa Bokor Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
  4. Dusun Bokor Baran, Desa Pagedangan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
  5. Kali Bokor (termasuk nama Jalan Kali Bokor) Kelurahan Pucang Sewu, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Indonesia.
  6. Rawa Bokor, Kelurahan Rawa Bokor, Kecamatan Benda, Kota Tangerang (dekat bandara Soekarno Hatta).
  7. Bokor Village, Nograd County, Hungary (Hungaria)

Bokor juga merupakan penyihir hitam dan putih dalam kepercayaan Voodoo (Vodou) di Kepulauan Haiti. Bokor adalah pemimpin Makaya sebagai salah satu cabang ilmu Voodoo di daerah Kongo. Bokor juga merupakan pemimpin tertinggi dalam kepercayaan Voodoo Dominika.

Bokor sebagai nama bunga :
Bokor_bunga_bokor_Hortensia_Hydrangea
Bunga/Kembang Bokor
Bunga Tiga Bulan
Bunga Bokor dari genus Hortensia (Hydrangea) keluarga Hydrangeaceae. Di dalam masyarakat Melayu disebut Bunga Tiga Bulan. Bunga dengan sekitar 75 species ini sangat mudah tumbuh dan berkembang. Perbungaan majemuk, berbentuk malai (perhatikan nama Desa Melai dan Desa Menyali di atas), keluar dari ujung tangkai, membentuk rangkaian membulat seperti sanggul, di daerah beriklim sejuk mekar di awal musim semi hingga akhir musim gugur. Pada sebagian spesies, malai terdiri dari 2 jenis bunga, kelompok bunga yang fertil di tengah malai dan bunga-bunga steril yang berukuran lebih besar terangkai membentuk lingkaran. Ada juga spesies yang memiliki bunga yang semuanya fertil dan bentuknya sama.


Bokor Bali
http://www.iklan1.com/seni-desain/bokor-keben-pernak-pernik-bali.html



Bokor Jawa
http://koleksiunik.wordpress.com/2010/07/23/javanese-bokor-ws1040/


Bokor Ngawi Antik
http://antikoke.blogspot.com/2010/11/jual-bokor-antik.html



Bokor Tempurung
http://karangasemcraft.com/?paged=9



Artikel lainnya :
Ekspedisi Hulu Sungai Bokor
Fiesta Bokor Riviera 2011
Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat
Herba Kembang Bokor

BACA SELANJUTNYA di - Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat

Kamis, 17 Februari 2011

Fiesta Bokor Riviera 2011


Menghulu Bokor, Muliakan Nilai

Fiesta Bokor Riviera adalah Festival Musik, Tari dan Kebudayaan daerah khususnya daerah-daerah sungai, muara sungai dan tepi pantai. Riviera sendiri berdasarkan Wikipedia adalah merujuk kepada istilah Italia sejak abad pertengahan untuk menunjuk suatu daerah pantai di Liguria, daerah di barat-laut Italia. Saat ini, riviera secara umum digunakan untuk menunjukkan daerah-daerah tepi pantai dan sungai (river) serta daerah pesisir laut.

Awalnya Riviera adalah daerah Liguria Italia dan daerah-daerah terdekat dan berhubungan dengannya yaitu :
  1. Italian Riviera, daerah-daerah pantai antara La Spezia sampai ke Vintimiglia yaitu daerah yang berbatasan dengan Prancis.
  2. French Riviera, daerah antara Hyeres dan Menton sebagai daerah laut timur Alpen (Eastern Alpes Maritimes).

Sesuai perkembangan zaman, semakin banyak tempat lain yang disebut Riviera juga seperti : Sochian Riviera (Rusian Black Sea Coast), Albanian Riviera, Austrian Riviera (former coastline of Austria-Hungary near Trieste on the Adriatic Sea now part of Italy and Slovenia), Makarska Riviera (Croatia), Budva Riviera (Montenegro), Bulgarian Riviera (Bulgaria's Black Sea Coast), Romanian Riviera (Romania's Black Sea coast), English Riviera (Torbay in the South West of England), Florida Panhandle, (a region of Florida near Panama City also called the Redneck Riviera or Emerald Riviera), Gold Coast (Queensland also known as the "Australian Riviera"), Irish Riviera (various locations in the United States with high populations of Irish Americans, including Rockaway Beach, Queens, Spring Lake, New Jersey, and South Shore, Massachusetts), Long Beach (New York, once known as the Riviera of the East), Riviera Maya (the southeastern part of Mexico on the Yucatan Peninsula), Crimean Riviera (Ukrainian Black Sea Coast), Redneck Riviera (a colloquial term for the Southern U.S. coast from Mobile, Alabama to Apalachicola, Florida), Mexican Riviera (the western coast of Mexico including Acapulco), American Riviera (Miami Beach at Florida and Santa Barbara at California), Pondicherry (India, known as La Côte d'Azur de l'Est "The French Riviera of the East"), Red Sea Riviera (the eastern shore of Egypt), Egypt's Mediterranean Riviera, Turkish Riviera (also known as the Turquoise Coast), Worthing Riviera (West Sussex, also known as the Sussex Riviera), Chinese Riviera (Coastal Region in Zhuhai China, "The Romantic City"), BOKOR RIVIERA (Sungai Bokor, hutan bakau, Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Meranti).

Bokor sendiri merupakan nama desa di Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Meranti Propinsi Riau dengan titik koordinat 1"02'50.05 North (Lintang Utara) dan 102"45'26.25 East (Bujur Timur).
Peta Lokasi Sungai Bokor dan Desa Bokor
Kecamatan Rangsang Barat
Kabupaten Meranti
Propinsi Riau

Propinsi Riau adalah propinsi yang dialiri oleh sungai-sungai besar dan sungai-sungai kecil. Terdapat 5 sungai besar yang mengaliri Propinsi Riau yaitu, Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Indragiri/Kuantan (2 nama 1 sungai, Indragiri di hilir dan Kuantan hulu), Sungai Kampar dan Sungai Gangsal. Semua sungai besar tersebut dapat dilayari dengan kedalaman rata-rata antara 6-12 meter.

"Bagaikan Aur dengan Tebing" sebagai perumpamaan bahasa Melayu yang menggambarkan keeratan antara Aur/bambu dengan tebing sungai. Sesuai topografi sungai di Riau yang umumnya bertebing curam dengan ketinggian yang berbeda-beda. Aur membutuhkan tebing untuk tempat tumbuh. Sedangkan tebing membutuhkan aur untuk penahan runtuh. Dengan demikian sungai akan terawat.

Usaha perawatan sungai yang menyatu dengan kebudayaan Melayu digempitakan dalam sebuah perhelatan akbar Fiesta Bokor Riviera 2011. Dewan Kesenian Kabupaten Meranti diwakili oleh Suryadi dan Fran Armayadi bekerjasama dengan Sanggar Bathin Galang yang diketuai oleh Sopandi, S.Sos berniat melaksanakan hajat tersebut di bulan Juli 2011 tepatnya tanggal 16,17 dan 18 berkesesuaian dengan pasang besar di daerah tersebut sekaligus musim buah-buahan terutama durian dan manggis.

Cerita awal bermula ketika Sanggar Bathin Galang dibawa oleh Dewan Kesenian Meranti ke acara Kenduri Seni di Batam pada 11 November 2010 yang lalu. Dalam bual-bual sedap (perbincangan) terbetiklah niat ketua Sanggar Bathin Galang, Sopandi untuk membuat acara yang sama dengan fokus pada alam terbentang yaitu sungai sebagai urat nadi kehidupan.

Sang Budayawan Riau, Prof. DR. Yusmar Yusuf pun diundang untuk perencanaan dan pelaksanaan perhelatan besar ini. Muncullah kata fiesta dan riviera yang ditujukan sebagai sebuah pesta rakyat tepi sungai dan tepi pantai yang bergaung ke seluruh pelosok dunia dengan tagline "Menghulu Bokor, Muliakan Nilai".

Kerja besar dimulai dari yang kecil.

Bismillahirrahman nirrahim langkah bermula,
Selalu berdoa janganlah lupa.
Mengeluarkan segala daya upaya,
Menjunjung marwah dan budaya.



Persiapan logo.









Artikel lainnya :
Ekspedisi Hulu Sungai Bokor


Gubahan dari :
Laporan Khusus RiauPos
Purnimasari

http://riaupos.co.id/news/2011/01/gempita-fiesta-bokor-riviera/
http://riaupos.co.id/news/2011/01/obor-dari-bokor/
http://riaupos.co.id/news/2011/01/unsur-mitos-dalam-pelestarian-alam/
BACA SELANJUTNYA di - Fiesta Bokor Riviera 2011